BISIKAN TERINDAH
Terkenang aku pada barisan bunga-bunga
berjejer rapi di tepi taman
Langit bulan September mengiringi langkah kita
dan bumi masih saja menangis.
Anehnya, aku terbiasa pada mendung, gerimis, hujan
bahkan pada umpatan-umpatan alam
Seperti sejarah yang tertuang
dalam kenangan kita.
Pada rekah musim
kata-kata seperti ingin menangkap segalanya:
kupu-kupu di rindang pepohonan
cericit burung di tepian kolam
dan senyumanmu — rekah dalam kerangka ingatan.
Di sanalah, kita mampu menembus waktu
dan menghalau jarak.
Meski terkadang, hanya ada ritme suara lesat air
menghantam bumi
namun, begitulah bisikan terindah pernah aku dengar.
Dan ketika waktu merenggut kita dengan banyak cara
takdirku sempurna sudah
cinta dapat membutakan mata —
untuk sekadar melihat
dalam sinaran samar
: semesta.
Husnan dan Rafael Yanuar (27 September 2011)
I love this part:
Di sanalah, kita mampu menembus waktu
dan menghalau jarak.
Meski terkadang, hanya ada ritme suara lesat air
menghantam bumi
namun, begitulah bisikan terindah pernah aku dengar.
Nuhun sanget, Kang. Bagian itu punya Kang Husnan =).
Heru nanti kapan-kapan mau kolaborasi sama kita kang rafael.
Dia juga bagus kok puisi-puisinya. :)))
Lembuuuutt banget…
Seperti bisikan manis di telinga 🙂
Luv u both!
Terima kasih buat kunjungannya, Nuna. Pun buat komentarnya =D.
Terima kasih nuna, mungkin suatu waktu, kita bisa berkolaborasi bertiga. 🙂
Pada rekah musim
kata-kata seperti ingin menangkap segalanya:
kupu-kupu di rindang pepohonan
cericit burung di tepian kolam
dan senyumanmu — rekah dalam kerangka ingatan.
suka bagian ituuuuu….
Nuhun sanget, Susy =D.
Indah, tapi ijinkan saya sedikit berkomentar 🙂 ini seperti bukan 2 orang yang menulis, susah membedakan mana tulisan Yanuar, mana tulisan Husnan. Menurut saya, ini sangat “Yanuar” sekali, mungkin karena saya sering membaca karya-karyanya di jejakubikel, dan saya tidak bisa membedakan yang mana tulisan Husnan. Err, mungkin ini berhasil menjadi satu kesatuan yg utuh, atau justru “kurang” karena hanya ada satu warna disana? Maafkan, saya tidak mengerti lebih dari semua yang ada disini. Feedback, Yan? Husnan? 😉
Terima kasih buat komentarnya. Sangat berkenan =D.
Bisikan Terindah awalnya karya Kang Husnan (meski saya yang memberi judul.) Lalu kami memutuskan berkolaborasi dengan acuan sajak itu. Setelah dibaca, ternyata tidak banyak yang perlu diubah (bentuk awalnya prosa, lalu saya ubah jadi baris per-baris — tinggal mengeklik tombol “enter”, dengan sedikit pemadatan). Setelah itu, saya pun mengisi bagian tengah dan akhirnya.
Mengenai “nuansa”, mungkin kami memiliki “nuansa” yang sama / mirib. Sedang secara keseluruhan, sajak ini benar-benar murni karya kita berdua — tanpa ada yang mendominasi =).
Terima kasih mbak adel sudah mau mampir..
Ini sebenarnya sajak sudah lama aku simpan, tapi belum berani publish dan emang blm punya blog.
Nah ada kepikiran untuk kolaborasi sama kang rafael, jadinya aku kirim ke kang rafael, minta diperbaiki secara EYD maupun letak.
Akhirnya jadilah seperti ini.
Ini lembut bangeeet. Hihi. Kayaknya gaya nulis kalian emang mirip ya? Aku belum pernah bener2 baca karyanya Husnan, jadi belum bisa ngebedain. Aku suka, manis (:
Didatengin Disa rasanya gimanaaa gitu =D.
Iya, barangkali aku dan Husnan itu kembar yang terpisah, Dis *ditelen Husnan*.
ahh.. manis. Kereen.. soalnya aku gak bisa merangkai kata-kata seperti kalian.
menjura 🙂
Nuhun sanget, Kang. Dikau merendah, dirimu kan fiksiminier handal =D
Kolaborasi yg ciamik.
Om rafael, salam buat istrinya (inspirasi terbesar)!!
Husnan, ajarin aku nyajak lagi! 😉
Bagus nih…!!
Salam balik, Kang. Istriku memang luar biasa O(>_<)o! Tuh, Kang Husnan diangkat guru sama Kang Rendi =P.
betul kata adele, gaya menulisnya lebur sekali. seperti bukan kolaborasi. mungkin bisa disiasati dengan gaya ‘balas-membalas’ . pemilihan kata2nya bagus . good job 🙂
Iya, Kang. Banyak yang berpendapat sama =D. Mungkin lain kali kita bisa coba gaya “balas-membalas” (lirik husnan). Nuhun sanget atas kunjungan dan jejaknya =).
Ini sih bukan dua sajak jadi satu. Nyaris tak terasa ‘pergantian’nya. Kedua roh begitu melekat, melebur dalam satu sajak indah nan lembut. Keren. Suka!
Terima kasih, Kang. Sepertinya, kami bakal kolaborasi lagi, nanti jangan lupa komentarnya ya =).
Indah…. imajinatif.
Bagian ini yang saya suka :
Di sanalah, kita mampu menembus waktu
dan menghalau jarak.
Nuhun, Kang =D.
indah… memang bisikan terindah….
tadinya berharap menemukan sahut2an dlm yg ini. namun trnyata menjadi satu utuh… antara Husnan n Rafael
Nuhun, Kang. Aku sendiri, mungkin kami, juga tak menyangka bisa lebur sajaknya. Mungkin gaya kami memang mirib =D